ASI eksklusif adalah pemberian ASI
saja tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan bagi bayi sampai usia 6
bulan1. ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi baik ditinjau
dari segi kesehatan fisik maupun psikis3. Pemberian ASI eksklusif
direkomendasikan hingga bayi berusia 6 bulan. Alasannya, bayi yang mendapat ASI
eksklusif selama 6 bulan umumnya lebih sedikit menderita penyakit
gastrointestinal dan gangguan pertumbuhan. Selain itu, bayi yang diberi ASI
hingga usia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan
anak secara optimal3.
Dari
banyaknya penelitian yang dilakukan, pemberian ASI eksklusif hingga bayi
berusia 6 bulan masih sulit untuk dilakukan. Pemberian air susu ibu hingga bayi
berusia 4 bulan saja masih memiliki banyak kendala. Meskipun informasi mengenai
ASI eksklusif bukan hal yang baru, masih banyak Ibu yang belum mengetahui
pentingnya ASI eksklusif bagi bayinya. Rata-rata pemberian ASI eksklusif di
Indonesia hanya hingga bayi berusia 1,7 bulan saja1. Dengan demikian
perlu adanya petunjuk yang jelas mengenai makanan pendamping apa saja yang
boleh diberikan.
Pemberian ASI eksklusif memuliki
banyak manfaat bagi sang bayi, salah satunya adalah melindungi bayi dari
berbagai macam penyakit. Dengan begitu bayi dapat terhindar dari
penyakit-penyakit yang membahayakan dirinya. Manfaat lainnya antara lain menurunkan mortalitas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan
bayi, dan membantu perkembangan kecerdasan1. Selain bermanfaat bagi
sang bayi, pemberian ASI eksklusif ini juga bermanfaat bagi Ibu. Manfaatnya
yaitu mengurangi timbulnya kanker pada buah dada, membantu memperpanjang jarak
kehamilan dan memberikan kesempatan terjalinnya hubungan mental anatara Ibu dan
anak1.
Dibalik
manfaatnya yang luar biasa, ada beberapa penyebab terjadinya kegagalan dalam
pemberian ASI eksklusif. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah budaya
memberikan makanan pralakteal (misalnya pemberian susu formula dan madu)1.
Makanan pralakteal sendiri diartikan sebagai pemberian
makanan atau minuman kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini
mengakibatkan adanya anggapan Ibu bahwa memberikan makanan pralakteal lebih
praktis dan mudah daripada pemberian ASI eksklusif. Kegagalan lain disebabkan
karena ASI tidak dapat keluar,bayi menangis terus, ibu harus bekerja,
menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu ingin mencoba susu
formula dan pemberian ASI saja tidak mencukupi kebutuhan bayi2.
Selain penyebab terjadinya kegagalan
pemberian ASI eksklusif, ada juga penyebab keberhasilannya. Salah satunya
adalah kemampuan untuk melakukan penyusuan segera (immediate breastfeeding) atau Inisiasi Menyusui Dini (IMD)2.
Kunci utama keberhasilan IMD terletak pada penolong persalinan (memfasilitasi
Ibu untuk melakukan IMD setelah bayi lahir). Hal ini bertujuan agar interaksi
antara Ibu dan bayi akan segera terjadi serta Ibu akan semakin percaya diri
untuk tetap memberikan ASI-nya. Selain itu keberhasilan melakuan ASI eksklusif
adalah tidak memberikan makanan pralaktal dan tidak memberikan susu formula
pada bayi2.
Dalam hal ini peran pemberi
pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan, salah satunya dengan melakukan
penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif. Namun tidak hanya peran pemberi
pelayanan kesehatan saja, peran dari keluarga juga sangat mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif2. Dukungan dari keluarga khususnya suami
dapat mempengaruhi emosional Ibu yang berdampak pada produksi ASI5.
Hal tersebut disebabkan karena saat istri memeriksakan kandungan suami ikut
mendampingi dan tahu pentingnya ASI eksklusif. Sehingga suami menjadi
termotivasi untuk memberikan dukungan secara maksimal kepada ibu untuk
memberikan ASI sampai bayi berumur 6 bulan.
Selain adanya dukungan dari
keluarga, peran pemberi pelayanan kesehatan juga sangat dibutuhkan. Salah satu
contohnya adalah memberikan penyuluhan mengenai pentingnya ASI eksklusif bagi
bayi hingga umur 4 bulan4. Dari hasil penelitian, tingkat pendapatan
dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif5.
Daftar
Pustaka:
1. Fikawati, S., Syafiq, A. Kajian implementasi dan kebijakan air susu
ibu eksklusif dan inisiasi menyusu dini di Indonesia. Kesehatan. Juni 2010;
14(1): 17-24.
2.
Fikawati, S., Syafiq, A. Penyebab Keberhasilan dan
Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan masyarakat nasional. Desember 2009; 4(3).
3. Novita, L., Gurnida, D.A.,
Garna, H. Perbandingan fungsi kognitif bayi usia 6 bulan yang mendapat dan yang
tidak mendapat asi eksklusif. April 2008; 9(6).
4. Sarbini, D., Hidayati, L. Hubungan antara tingkat
pendapatan keluarga dan pendidikan ibu dengan pemberian asi eksklusif di kecamatan jebres kotamadya Surakarta. Jurnal Kesehatan. Desember
2008; 1(2): 115-122.
5. Ramadani, M., Hadi, E.N. Dukungan suami dalam
pemberian asi eksklusif di wilayah kerja puskesmas air tawar kota padang,
sumatera barat. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional. Juni 2010; 4(6).
0 komentar:
Posting Komentar